CARANYA TIDAK DIPERBUDAK DUNIA
http://wikicaranya.blogspot.com/2014/03/caranya-tidak-diperbudak-dunia.html
Caranya tidak diperbudak
Oleh Dunia yg Fana ini
Dunia dengan berbagai
keindahan dan kelezatannya memang sangat menggiurkan dan menjanjikan, maka tak
ayal orang yang lemah pondasi imannya akan terseret bahkan menjadi budaknya,
semuanya demi dunia. Agar dapat lolos dari jerat ini, maka seorang Muslim
hendaklah membekali dirinya dengan keimanan dan ketakwaan serta memompa dirinya
agar memiliki ambisi akhirat yang sangat tinggi.
Karena, siapa saja yang
ambisinya akhirat, maka ia akan selalu mengingatnya dalam setiap kondisi di
dunia. Anda akan mendapatinya tidak bergembira, tidak bersedih, tidak ridha,
tidak marah dan tidak berusaha, kecuali untuk akhirat. Ia akan selalu mengingat
akhirat dalam mencari rizki, berjual beli, bekerja,memberi, dan dalam semua urusannya.
Siapa saja yang demikian kondisinya, maka Allah subhanahu wata'ala akan
menganugerahinya tiga kenikmatan yaitu:
Pertama, Anugerah
Persatuan.
Allah subhanahu
wata'ala akan menganugerahinya ketenteraman dan ketenangan, menghimpun
pikirannya, mengurangi kelupaannya, menyatukan keluarga nya, menambah rasa
kasih antara dia dan mereka, memudahkan mereka untuknya, mempersatukan semua
kerabatnya, menghindarkannya dari perpecahan dan pemutusan hubungan rahim.
Dengan begitu, seluruh dunia bersatu untuknya. Dunia bersatu untuk
kepentingannya dan semua apa yang diinginkannya di dalam berbuat ta'at kepada
Allah subhanahu wata'ala.
Ke dua, Anugerah Kaya
Hati.
Ini merupakan nikmat
yang amat besar yang dianugerahkan Allah subhanahu wata'ala khusus bagi hamba
yang dikehendaki-Nya. Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS.
An-Nahl:97).
Ibn Katsir menafsirkan
ayat tersebut dengan keridhaan dan kepuasan hati yang tidak lain adalah kaya
diri dan kepuasannya dengan apa yang dianugerahkan melalui doa yang
sungguh-sungguh.
Kekayaan bukan
segala-galanya, bahkan terkadang ada orang yang dibuat letih oleh hartanya.
Sedangkan orang yang menjadikan akhirat sebagai ambisinya, kita dapati dia
selalu ridha, puas diri, bahagia, ceria dan baik jiwanya. Ia tidak tamak kepada
dunia dan bekerja sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
"Bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah di dalam mencari (rizki)."
Yakni, berusahalah dengan usaha yang diterima, yang dibolehkan di dalam
mendapatkan dunia. Janganlah seseorang menjadikannya sebagai ambisi yang
menyibukkan dirinya yakni ia habiskan semua waktunya untuk dunia.
Ke tiga, Dunia Datang
dan Cinta Kepadanya.
Dunia ini memang aneh;
bila anda kejar, ia akan lari tetapi bila anda berpaling darinya, ia akan
mengejar anda, dan ini sesuatu yang sudah terbukti. Banyak orang shalih
menyebut kondisi mereka dengan dunia, "Kami sibukkan diri dengan urusan
dien, lalu dunia pun menyongsong kami."
Sebaliknya, siapa saja
yang menjadikan dunia sebagai ambisinya dan segala sesuatu ia jadikan demi
dunia; seperti ridha, marah, senang, benci, ceria, bicara, mencela dan
sebagainya, maka orang yang kondisinya demikian akan diberi hukuman oleh Allah
subhanahu wata'ala dengan tiga hukuman yang disegerakan:
Pertama,
Mencerai-beraikan Persatuannya.
Ia akan menjadi orang
yang hatinya tercerai-berai, pikirannya kacau, banyak cemas terhadap
urusan-urusan dunia, sekalipun hanya sepele. Harta, keluarga dan tanggungannya
membuatnya terpisah, sekalipun mereka berada di hadapan matanya, sebagai akibat
dari mementingkan dunia saja.
Ke dua, Dilanda
Kefakiran.
Ia tidak pernah merasa
puas, sehingga membuatnya selalu berhajat di balik kesenangan dunia dan
perhiasannya. Ini tentu saja membuat nya semakin letih, sedih dan cemas. Ia
boros terhadap kesenangan dunia dan hal yang bersifat hura-hura, namun amat
bakhil di dalam bersedekah dan berbuat kebajikan.
Ke tiga, Dunia Lari
Darinya.
Ia mencarinya namun
dunia menjauhinya. Ia berlari mengejar dan meminum darinya seperti orang yang
menimba air di laut untuk diminum; namun setiap diminum, ia semakin merasakan
haus dan dahaga. 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata, "Ambisi
dunia adalah kegelapan di hati, sedangkan ambisi akhirat adalah cahaya di
hati."
Dalam masalah ini,
manusia terbagi kepada tiga jenis:
Pertama, Orang-orang
yang dikalahkan oleh ambisi akhirat sehingga mereka bekerja untuk dunia menurut
kacamata akhirat dan menyadari bahwa dunia hanyalah jembatan yang membawa
mereka sampai ke akhirat.
Ke dua, Orang-orang
yang dikalahkan oleh cinta dunia hingga akhirat terlupakan oleh mereka, dan
ambisi dunia telah menyibukkan hati mereka.
Ke tiga, Orang-orang
yang disibukkan oleh dunia dan juga akhirat. Mereka ini adalah para
pencampur-aduk urusan, dan betapa banyaknya manusia tipe seperti ini di zaman
sekarang. Mereka berada dalam posisi yang tidak aman bahkan dalam bahaya.
a.. Memiliki Rasa Takut dan Sedih.
Sekalipun mereka berharap akan rahmat Allah
subhanahu wata'ala dan ta'at kepada-Nya, hanya saja mereka tidak terpaku pada
hal itu saja. Mereka dilanda kesedihan atas segala hal yang telah disia-siakan
dan menyesali dosa yang dilakukan sekalipun hanya sepele. Mereka selalu dalam
kondisi sadar dan ingat. Mereka bersedih atas kezhaliman, kekerasan,
keterlantaran, keterhinaan dan semua kondisi yang dialami kaum muslimin. Dan
yang paling mereka takutkan adalah buruknya akhir hidup (Su`ul Khatimah).
Sufyan ats-Tsaury berkata, "Aku takut
kalau tercatat di Lauh al-Mahfuzh sebagai orang yang sengsara, aku takut
terampas iman ketika akan mati."
Kesedihan itu membawa mereka untuk kembali
kepada Allah subhanahu wata'ala dan menyucikan diri dari segala dosa. Mereka
selalu sedih bila melakukan suatu perbuatan dosa hingga dapat melakukan suatu
kebaikan yang menghapusnya. Namun orang yang gandrung dengan dunia, semua
kesedihan-kesedihan dan ambisinya hanyalah demi dunia.
b.. Terus Beramal untuk Akhirat.
Kesedihan mereka karena ambisi akhirat, rasa
takut dan ingat mati tidak pernah menahan tangis di rumah-rumah mereka atas
diri mereka. Rasa takut mendorong mereka untuk menambah frekuensi amal shalih.
Sedangkan orang yang merasa aman, tergoda dan terpedaya dengan amalannya,
dikuasai oleh sifat malas dan berandai-andai serta kurang memiliki sifat wara'
karena mengandal kan perma'afan Rabb-nya semata.
c.. Tersentuh dengan Pemandangan Kematian dan
Selalu Mengingatnya.
Kondisi ini menyebabkan hati mereka hidup
sebab mereka mengaitkan semua apa yang mereka lihat di dunia dengan akhirat.
Hal yang paling menyentuh hati mereka adalah pemandangan kematian dan saat-saat
sekarat.
Lain halnya dengan orang-orang yang ambisinya
hanya dunia dan hati mereka sudah keras, mereka tidak mau mendengar kematian
disebut bahkan merasa terganggu karena mengira dapat lolos dari kematian.
Al-Qur'an menolak anggapan orang yang berpikiran seperti ini,(baca: QS.
Al-Jumu'ah:8).
Faktor-Faktor yang
Menghalangi Perhatian terhadap Akhirat
a.. Mengejar Dunia dan Antusias Terhadapnya.
Tidak
dapat diragukan lagi bahwa sibuk dengan urusan dunia merupakan faktor paling
besar yang dapat menyebabkan lemahnya persiapan untuk melakukan amalan setelah
mati. Yang dicela dari hal ini bilamana kesibukan-kesibukan duniawi itu
semata-mata menjadi tujuan; dicinta dan dipatuhi selain Allah subhanahu
wata'ala.
b.. Tidak Mau Mengingat Kematian dan
Dahsyatnya Kiamat.
Tidak pernah terlintas sedikit pun di pikiran
orang-orang yang gandrung dengan dunia ini pemandangan akhirat, mengingat mati
dan setelahnya. Hal ini membuat mereka menyia-nyiakan waktu dan umur.
c.. Terpedaya dengan Kesehatan Jasmani.
Di antara orang-orang yang gandrung dengan
dunia ada yang terpedaya dengan kesehatan jasmani dan masa mudanya. Mereka
tidak menyadari bahwa kesehatan itu hanya pinjaman dan barangkali pinjaman itu
harus dikembalikan, sementara ruh masih berada di dalam jasad. Bila yang
terpedaya dengan kesehatannya ini adalah orang yang memiliki jabatan dan
kekayaan, tentu ia akan bertambah lupa terhadap akhirat dan lalai untuk meraih
perbekalannya.
Sumber: "Takwîn
Hamm al-Akhirah" karya Asma` binti Râsyid ar-Ruwaisyid. (Abu al-Hârits)
